Jakarta, NusamandiriNews – Hallo sobat News, Tuberculosis atau yang dikenal TBC merupakan penyakit menular dan mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) pun mencanangkan ini sebagai penyakit kedaduratan dunia (global emergency). Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini kepada seseorang yang terjangkit pun sangat banyak. Sehingga, diperlukan proses tes dahak untuk mengetahui kepastiannya.
Amrin, Irawan Satriadi dosen Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) bersama Oki Rosanto dosen Universitas Nusa Mandiri dalam penelitiannya menerapkan algoritma C4.5 untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis.
Baca Juga : Dosen Universitas Nusa Mandiri Berikan Trik Menulis Artikel Ilmiah Publikasi Jurnal Nasional
Menurut Amrin, penelitian ini mampu mendeteksi gejala TBC secara cepat. “Penelitian ini menggunakan data pasien puskesmas yang terdiagnosa TBC, kemudian data tersebut diolah dengan menerapkan algoritma C4.5. Hasil dari pengolahan data itu, akan menghasilkan pohon keputusan yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit TBC,” ujar Amrin.
Ia menjelaskan, untuk memberikan keakuratan dalam diagnosa penyakit TBC harus melalui beberapa tahapan pengujian.
“Data yang digunakan adalah sebanyak 136 pasien TBC baik yang positif maupun negatif. Gejala yang meliputi yakni, keringat pada malam hari, berat badan turun, nafsu berkurang, lelah, demam dan batuk berdahak lebih dari 3 minggu disertai darah sebagai variable input. Sedangkan variable outputnya adalah penyakit TBC,” jelas dosen UBSI dalam keterangan pers.
Baca Juga : Peran Ilmu Komputer Dalam Mendeteksi Keberadaan Sel Pap Smear
Ia menambahkan bahwa algoritma C4.5 berperan untuk memprediksi apakah pasien terdiagnosa TBC atau tidak dengan metode klasifikasi. Dalam pembuatan pohon keputusan, dilakukan perhitungan nilai entropy dan gain.
“Perhitungan nilai entropy dan gain ini berguna untuk mengetahui simpul akar pada pohon keputusan. Dari gejala awal dan jumlah kasus akan dilakukan perhitungan untuk menentukan gejala mana yang menjadi sumber asalnya,” imbuh Amrin.
Amrin berharap penelitian ini dapat memberikan pengetahuan sebagai langkah awal dalam mendeteksi kemungkinan seseorang terkena penyakit TBC. “Pentingnya mengetahui penyakit TBC sedari dini dapat membantu kita agar menjaga diri, sehingga tidak akan menularkan kepada orang lain,” tutupnya.