Hadapi Tantangan Zaman: Bangun Budaya Baca di Kalangan Mahasiswa

Hadapi Tantangan Zaman
Hadapi Tantangan Zaman

Jakarta, NusamandiriNews–Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peran yang jauh lebih luas daripada sekadar tempat penyimpanan buku. Selain menjadi pusat referensi ilmiah, perpustakaan juga berfungsi sebagai sarana pengembangan minat baca mahasiswa dan sumber pengetahuan yang mendukung proses pembelajaran. Namun, dengan pesatnya perkembangan teknologi digital dan maraknya distraksi dari media sosial, perpustakaan menghadapi tantangan besar dalam menarik perhatian mahasiswa agar lebih banyak membaca.

Pustakawan Universitas Nusa Mandiri (UNM), Sausan Elsya Pratiwi menyampaikan salah satu strategi utama dalam meningkatkan minat baca mahasiswa adalah menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman dan menarik.

Baca juga: Perpustakaan sebagai Gerbang Pengetahuan di Era Digital

Hadapi Tantangan Zaman

“Banyak perpustakaan kini mengadopsi desain yang lebih modern dengan kursi ergonomis, pencahayaan yang baik, serta area relaksasi seperti bean bag dan ruang diskusi terbuka. Beberapa perpustakaan juga mengintegrasikan unsur seni dan budaya dalam desain interiornya untuk menciptakan lingkungan yang lebih inspiratif dan menenangkan,” paparnya dalam rilis yang diterima, Jumat (7/3).

Ia memberi contoh, Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri kampus Margonda telah menerapkan konsep ruang baca yang lebih fleksibel, dilengkapi dengan student corner yang dapat dimanfaatkan oleh civitas akademika. Hal ini terbukti meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.

“Dengan menciptakan tempat yang nyaman, perpustakaan dapat lebih mudah menarik minat baca mahasiswa dan mendorong mereka untuk lebih sering berkunjung,” katanya.

Selain menciptakan suasana yang nyaman, ia menegaskan bahwa perpustakaan juga perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk meningkatkan akses informasi. Layanan e-book, akses jurnal elektronik, serta aplikasi perpustakaan yang memungkinkan mahasiswa mencari, meminjam, dan membaca buku secara digital semakin banyak diterapkan. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengakses materi bacaan kapan saja dan di mana saja, sesuai dengan kebutuhan mereka.

“Pustakawan memiliki peran strategis dalam mendukung mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan literasi informasi. Melalui program workshop, seminar, atau webinar, pustakawan dapat mengajarkan mahasiswa cara mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan bijak. Keterampilan literasi informasi ini tidak hanya bermanfaat dalam kehidupan akademik mereka, tetapi juga mendorong kebiasaan membaca yang lebih baik dan berkelanjutan,” jelasnya.

Baca juga: Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri sebagai Ruang Diskusi untuk Tingkatkan Pemikiran Kritis Mahasiswa

Ia menekankan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca, perpustakaan juga harus memastikan bahwa koleksinya relevan dengan kebutuhan akademis dan minat pribadi mahasiswa. Selain buku teks dan jurnal ilmiah, perpustakaan perlu menyediakan koleksi buku fiksi, motivasi, dan topik populer lainnya yang banyak diminati mahasiswa. Dengan koleksi yang bervariasi, mahasiswa dapat lebih mudah menemukan bacaan yang sesuai dengan minat mereka, yang pada gilirannya akan meningkatkan semangat baca mereka.

“Dengan menciptakan suasana yang nyaman, menyelenggarakan program literasi yang menarik, memanfaatkan teknologi digital, serta menyediakan koleksi buku yang relevan, perpustakaan perguruan tinggi dapat memainkan peran penting dalam membangun budaya membaca yang kuat di kalangan mahasiswa. Selain itu, peran pustakawan dalam mendukung literasi informasi serta pemanfaatan media sosial sebagai sarana promosi semakin memperkuat daya tarik perpustakaan sebagai pusat literasi modern,” tutupnya. (UMF)