NusamandiriNews, Jakarta – Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan riset inovatif berbasis kecerdasan buatan. Melalui Program Studi Sistem Informasi, UNM resmi meluncurkan riset strategis bertajuk “DeepSkin: Pengembangan Model Deep Learning untuk Klasifikasi Kanker Kulit Berbasis Analisis Citra Digital.”
Penelitian ini memperoleh dukungan dari skema Penelitian Fundamental Reguler Tahun Anggaran 2025 dengan total pendanaan sebesar Rp150.000.000, dan dijadwalkan rampung dalam waktu satu tahun.
Proyek riset ini dipimpin oleh Laela Kurniawati, dosen dan peneliti utama Universitas Nusa Mandiri yang berfokus pada pengembangan sistem cerdas untuk aplikasi medis.
Baca juga: UNM Cetak Inovasi GoRujuk: Solusi AI untuk Diagnosa Mandiri Ginekolog Raih Hibah Kemdikti 2025
UNM Kembangkan DeepSkin
“DeepSkin hadir sebagai respon terhadap tantangan dalam dunia dermatologi, khususnya pada proses diagnosis dini kanker kulit yang selama ini mengandalkan prosedur biopsi. Meskipun akurat, metode tersebut bersifat invasif, memerlukan biaya tinggi, dan tidak selalu dapat diakses dengan cepat oleh pasien,” jelas Laela dalam keterangan rilis yang diterima, pada Kamis (5/6).
Melalui pendekatan computational intelligence, ungkapnya, penelitian ini mengusulkan solusi diagnosis kanker kulit berbasis analisis citra digital yang ditenagai oleh teknologi deep learning. Sistem ini dirancang untuk mengidentifikasi pola visual kompleks pada gambar kulit, sehingga memungkinkan proses diagnosis dilakukan secara non-invasif, cepat, dan akurat. Rangkaian riset akan mencakup tahapan pengumpulan dan pemrosesan data citra, perancangan model jaringan saraf tiruan, pelatihan dan validasi model, serta analisis kinerja dan luaran ilmiah.
“Tujuan akhir dari pengembangan DeepSkin adalah menghasilkan sistem klasifikasi kanker kulit yang dapat berfungsi sebagai Clinical Decision Support Tool (CDSS). Sistem ini diharapkan mampu membantu tenaga medis, terutama dokter spesialis kulit, dalam mengidentifikasi potensi keganasan pada lesi kulit secara cepat dan berbasis data. Selain memberikan kontribusi praktis di sektor pelayanan kesehatan, riset ini juga memperkaya literatur ilmiah di ranah kecerdasan buatan dan pencitraan medis (medical imaging), yang tengah berkembang secara global,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nusa Mandiri, Ir Andi Saryoko menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif riset ini. Ia menekankan pentingnya sinergi antara teknologi dan kesehatan untuk menjawab tantangan nyata di masyarakat.
Baca juga: Inovasi Prodi Sistem Informasi UNM Dukung Kesehatan Masyarakat, Raih Hibah Kemdikti Saintek
“Riset ini merupakan langkah konkret Universitas Nusa Mandiri sebagai Kampus Digital Bisnis dalam menghadirkan solusi berbasis teknologi untuk masalah kesehatan yang serius. DeepSkin tidak hanya memberi kontribusi pada inovasi akademik, tapi juga memiliki potensi besar untuk diimplementasikan dalam praktik klinis,” ungkapnya.
Kami di LPPM sangat mendukung penuh riset ini. Harapannya, hasil dari penelitian ini dapat menjembatani kebutuhan dunia medis dengan kecanggihan teknologi digital, serta menjadi model kolaborasi riset interdisipliner yang berkelanjutan.
“Dengan dukungan institusional dan kolaboratif, Universitas Nusa Mandiri terus mengukuhkan perannya dalam menciptakan riset-riset yang berdampak luas bagi masyarakat, sekaligus membangun ekosistem akademik yang adaptif terhadap perkembangan teknologi global,” tutupnya.