Di tengah arus deras globalisasi informasi, kemampuan untuk memilah dan memahami informasi bukan hanya penting dalam konteks intelektual, tetapi juga dalam hal menjaga keseimbangan emosional. Salah satu aspek penting dari literasi yang kini makin relevan adalah literasi kesehatan mental. Dalam dunia yang terus bergerak cepat, penuh tekanan sosial dan tuntutan profesional, pemahaman terhadap kesehatan mental menjadi fondasi penting bagi individu untuk bertahan dan berkembang.
Universitas Nusa Mandiri (UNM) yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, menaruh perhatian besar pada pentingnya literasi digital dan emosional di era informasi. Dalam konteks ini, literasi kesehatan mental tidak hanya mencakup pengetahuan mengenai jenis gangguan mental dan gejalanya, tetapi juga melibatkan pemahaman tentang cara mengelola kondisi mental, menjaga keseimbangan emosi, serta mengenali kapan saatnya mencari bantuan profesional.
Baca juga: Buka Gerbang Ilmu untuk Semua, UNM Perkuat Literasi Open Access di Era Digital
Literasi Kesehatan Mental di Era Informasi
Kesehatan mental merupakan komponen fundamental dalam membentuk relasi sosial yang sehat, mempertahankan produktivitas, serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang memiliki kesehatan mental yang baik, ia lebih mampu berkontribusi secara positif dalam masyarakat, menghadapi tantangan, dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang menekan. Sayangnya, stigma dan minimnya pemahaman masih menjadi hambatan besar dalam membangun kesadaran kolektif mengenai pentingnya isu ini.
Dalam konteks pekerjaan, tekanan bisa datang dari berbagai arah, baik dari atasan, rekan kerja, lingkungan sosial, maupun ekspektasi diri sendiri. Tekanan semacam ini seringkali memicu munculnya rasa iri, marah, frustrasi, atau bahkan membuat seseorang merasa stagnan dan tidak dihargai. Untuk itu, kemampuan self-control menjadi kunci.
Kesadaran diri membuka jalan untuk mengelola emosi secara sehat, kenali dan salurkan melalui cara-cara positif, seperti menangis, bercerita kepada orang yang dipercaya, mengambil jeda dari aktivitas, berolahraga, dan yang paling penting, mengakui perasaan yang sedang dialami. Proses ini bukan bentuk kelemahan, melainkan langkah awal untuk memulihkan keseimbangan diri.
Namun jika setelah melakukan langkah-langkah tersebut emosi masih sulit dikendalikan, maka menghubungi profesional seperti psikolog atau psikiater menjadi langkah yang sangat dianjurkan. Konsultasi dengan profesional bukan hanya untuk orang yang mengalami gangguan berat, melainkan juga untuk siapa pun yang merasa membutuhkan panduan dalam menghadapi tekanan hidup.
Baca juga: Perpustakaan Jadi Pilar Kebangkitan Nasional di Era Digital
Inilah pentingnya literasi kesehatan mental sebagai pengetahuan yang membekali kita dengan pemahaman kapan dan bagaimana mencari bantuan dengan tepat. Meningkatkan literasi kesehatan mental berarti memberi diri kita kesempatan untuk membangun hidup yang lebih sehat, bahagia, dan terarah.
Di era informasi yang serba cepat ini, kita dituntut untuk tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga bijak secara emosional. Maka dari itu, selain memperluas pengetahuan, penting pula untuk membatasi paparan media sosial yang berlebihan, menjaga hubungan sosial yang sehat, dan terus membangun dukungan emosional dari lingkungan terdekat.
Karena pada akhirnya, dalam dunia yang terus berubah, pemahaman akan kesehatan mental bukan sekadar kebutuhan, melainkan sebuah keharusan. Dengan literasi yang baik, kita tidak hanya menjaga diri kita sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih peduli, terbuka, dan sehat secara kolektif.
Penulis: Ricky Sediawan, Pustakawan Universitas Nusa Mandiri