NusamandiriNews, Depok – Kalau dengar kata “studi banding”, banyak orang langsung membayangkan rombongan pakai batik seragam, masuk ruang rapat yang dinginnya AC kebangetan, lalu disuguhi snack kotak dengan kue lapis legit dan air mineral gelas. Tapi di balik kesan formalitas itu, ada sesuatu yang sebenarnya lebih serius: perjalanan mencari cara agar pendidikan kita nggak jalan di tempat.
Universitas Nusa Mandiri (UNM) kampus Margonda kedatangan tamu pada Selasa pagi (30/9), rombongan dari Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS). Bukan untuk sekadar silaturahmi basa-basi, tapi membawa misi penting yaitu belajar soal Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan kurikulum program studi unggul. Singkatnya, ini tentang bagaimana kampus memastikan lulusannya tidak hanya punya ijazah, tapi juga kualitas yang bisa diadu.
Baca juga: UNM Kampus Margonda Jadi Pusat Perhatian, UNKRIS ‘Mengintip’ Rahasia SPMI dan Kurikulum Unggul
LLDIKTI Wilayah III Jakarta sampai merekomendasikan UNKRIS datang ke UNM. Artinya, UNM sudah dianggap punya praktik baik yang layak dicontoh. Dan jujur saja, di dunia pendidikan tinggi, itu bukan prestasi sepele.
Rombongan UNKRIS cukup lengkap. Ada Direktur Pascasarjana, Kaprodi Program Doktoral Ilmu Hukum, hingga Ketua Lembaga Penjaminan Mutu UNKRIS hadir. Lengkap macam rombongan keluarga kalau lagi kondangan. Kehadiran mereka menandakan satu hal, yaitu keseriusan.
Dalam sambutannya, Endang Pujiastuti dari BPM UNM bilang dengan ramah, “Kami menyambut baik kehadiran UNKRIS. Harapannya, melalui studi banding ini kita bisa saling berbagi praktik terbaik dalam menjalankan SPMI serta memperkaya perspektif kurikulum, sehingga ke depan mutu pendidikan di perguruan tinggi kita semakin meningkat.”
Bahasanya memang formal, tapi isinya penting. Karena kalau mutu pendidikan nggak dijaga, jangan kaget kalau nanti kampus hanya jadi pabrik gelar, bukan tempat mencetak manusia berdaya.
Sementara itu, Dr. Ismail Razak, Direktur Pascasarjana UNKRIS, juga nggak mau kalah menyuarakan niat baiknya melakukan studi banding ke UNM.
“Kami berharap kunjungan ini bisa menjadi awal kerja sama yang saling melengkapi antara UNKRIS dan UNM. Banyak hal yang bisa kita pelajari dan adopsi dari UNM, untuk ke depan menjadi lebih baik,” katanya.
Kalimat sederhana, tapi menyimpan harapan besar bahwa pendidikan tinggi kita nggak bisa jalan sendirian. Harus ada kolaborasi, harus ada saling belajar.
Acara dua jam itu memang “cuma” pertemuan. Tapi kalau dilihat lebih dalam, sebenarnya sedang terjadi proses yang lebih besar antara dua kampus yang sedang sama-sama mencari jalan agar mahasiswa yang mereka didik tidak sekadar jadi angka di data lulusan. Mereka ingin anak-anak didiknya punya kualitas nyata di dunia kerja maupun riset.
Karena mari jujur saja, masalah mutu pendidikan tinggi di Indonesia itu ibarat penyakit menahun. Ada yang kampusnya kebanyakan janji muluk, tapi minim fasilitas. Ada juga yang sibuk akreditasi di atas kertas, tapi di lapangan mahasiswa tetap bingung cari pekerjaan. Nah, studi banding macam ini bisa jadi obat, asal betul-betul ditindaklanjuti, bukan cuma berhenti di dokumentasi foto bersama dengan background spanduk.
Baca juga: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNM Lakukan Kunjungan Studi Ke FEB Telkom University
Pada akhirnya, yang paling penting dari kunjungan UNKRIS ke UNM bukanlah daftar hadir atau notulen rapat, tapi niat untuk berbenah. Karena di era sekarang, mutu pendidikan bukan cuma soal akreditasi unggul atau gedung tinggi ber-AC.
Mutu pendidikan adalah tentang memastikan mahasiswa punya daya saing, keberanian, dan kearifan untuk hidup di dunia yang makin absurd. Dan mungkin, seperti kata pepatah lama yang sudah kebanyakan dipakai di seminar motivasi, bahwa sendiri bisa cepat, tapi bersama bisa lebih jauh.(ACH)