NusamandiriNews–Di tengah percepatan teknologi yang seakan tak memberi jeda, perguruan tinggi menghadapi tantangan besar tentang bagaimana melahirkan lulusan yang bukan hanya melek digital, tetapi mampu menciptakan nilai dan inovasi di dalamnya. Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa mahasiswa tidak sekadar menjadi penonton dalam arus transformasi digital, tetapi menjadi pemain utama yang mampu menciptakan dampak.
Salah satu bentuk konkret dari komitmen tersebut adalah penyelenggaraan mata kuliah Rintisan Bisnis Digital, sebuah ruang belajar yang saya yakini menjadi titik temu antara pengetahuan, kreativitas, dan keberanian untuk berinovasi. Mata kuliah ini bukan sekadar teori tentang model bisnis digital, melainkan arena di mana mahasiswa belajar merespons perubahan lanskap industri yang kini didorong oleh ekosistem digital yang dinamis dan serba terbuka.
Baca juga:BOOST Batch 1 Bukti UNM Serius Cetak Pengusaha Muda Digital
UNM Bentuk Generasi Penguasa Bisnis Digital
Transformasi digital telah mengubah cara masyarakat membeli, bekerja, dan membangun relasi. Hari ini, marketplace, aplikasi layanan, hingga ekosistem pembayaran digital telah menjadi bagian dari nadi kehidupan urban. Bagi mahasiswa, memahami lanskap baru ini bukan lagi pilihan, melainkan syarat untuk bertahan dan menciptakan peluang. Itulah sebabnya dalam Rintisan Bisnis Digital, mahasiswa tidak hanya mempelajari konsep seperti model bisnis, validasi ide, riset pasar, dan pengembangan MVP; mereka juga menjalankannya secara langsung.
Setiap semester saya menyaksikan bagaimana mahasiswa mulai dari tahap nol dari menggali masalah nyata di masyarakat, melakukan customer discovery, menyusun Lean Canvas, membangun prototipe, hingga menyajikan pitch deck seolah mereka adalah founder sungguhan. Proses ini bukan hanya mengajarkan logika bisnis, tetapi juga membentuk keberanian mental untuk mencoba, gagal, bangkit, dan berinovasi. Itu adalah kualitas yang tidak bisa dibentuk hanya melalui ruang kuliah konvensional.
Di era AI, tantangan mahasiswa justru semakin kompleks. Teknologi kecerdasan buatan menghadirkan peluang luar biasa untuk mempercepat proses inovasi, tetapi juga menuntut pola pikir adaptif. Karena itu, kami memastikan mahasiswa tidak sekadar menggunakan teknologi sebagai konsumen, tetapi memanfaatkannya sebagai alat strategis dalam riset, analisis data, desain produk, maupun strategi pemasaran. Integrasi teknologi ini bukan basa-basi akademik, ini adalah bentuk nyata dari orientasi Universitas Nusa Mandiri sebagai Kampus Digital Bisnis yang mempersiapkan generasi siap bersaing.
Lebih dari sekadar keterampilan teknis, mata kuliah ini juga menjadi tempat mahasiswa melatih komunikasi, kerja tim, kepemimpinan, dan kemampuan menyampaikan ide. Banyak dari mereka yang awalnya ragu, tiba-tiba tampil begitu matang saat mempresentasikan pitch deck akhir semester. Saya percaya, pengalaman konkret seperti inilah yang akan membedakan mereka saat memasuki dunia kerja atau membangun usaha sendiri.
Baca juga: Mahasiswa UNM Siap Jadi Pengusaha Muda Digital Lewat Seminar Wajib Kewirausahaan 2025
Pada akhirnya, Rintisan Bisnis Digital bukan hanya mata kuliah. Ia adalah jembatan masa depan, tempat mahasiswa belajar memahami dunia digital, merespons tantangan, membangun solusi, dan menemukan jati diri mereka sebagai bagian dari generasi kreator ekonomi digital Indonesia.
Sebagai Ketua LPPP, saya bangga melihat bagaimana mata kuliah ini terus berkembang, terus disempurnakan, dan semakin relevan dengan kebutuhan zaman. Universitas Nusa Mandiri sebagai Kampus Digital Bisnis berkomitmen memastikan mahasiswa tidak hanya siap menghadapi era digital, tetapi juga mampu menjadi penggerak yang memberi kontribusi nyata bagi ekonomi dan inovasi bangsa.
Penulis: Nurmalasari, Ketua Lembaga Penjaminan dan Pengembangan Pembelajaran (LPPP) UNM












