NusamandiriNews–Di era ketika industri digital bergerak lebih cepat daripada kurikulum perguruan tinggi memperbarui silabinya, saya selalu percaya bahwa pendidikan tinggi harus berpijak pada dua hal yakni kompetensi teknis yang kuat dan paparan nyata pada ekosistem profesional. Karena itu, kegiatan Visiting & Sharing University 2025, pada Sabtu (22/11), bukan sekadar seremoni akademik, tetapi investasi kompetensi yang menentukan masa depan mahasiswa Informatika.
Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) memahami bahwa mahasiswa Informatika tidak bisa lagi hanya mengandalkan skill coding. Mereka harus mampu membaca tren, memahami dinamika industri, dan mengasah sensitifitas profesional. Dunia kerja hari ini membutuhkan talenta yang gesit, mampu berkolaborasi lintas bidang, dan tidak gagap menghadapi kompleksitas teknologi.
Baca juga: Prestasi Double Kill! Mahasiswa Program Studi Informatika UNM Menang di Sains Data dan Taekwondo
Mahasiswa Informatika Harus Melek Industri
Justru melalui kunjungan industri dan sesi berbagi dengan praktisi, mahasiswa mendapatkan apa yang tidak bisa diberikan sepenuhnya oleh ruang kelas dalam konteks nyata. Mereka melihat bagaimana teknologi diterapkan, bagaimana keputusan teknis diambil, bagaimana komunikasi profesional dibangun, hingga bagaimana tekanan kerja disikapi.
Pengalaman seperti ini memperkuat ketajaman analitis mahasiswa, memperluas cara pandang mereka, dan membentuk mentalitas kompetitif yang sehat.
Menurutnya, kegiatan seperti Visiting & Sharing University harus dilihat sebagai bagian dari strategi ekosistem pendidikan jangka panjang, bukan aktivitas sampingan. Terlebih ketika teknologi digital berubah hampir setiap tiga bulan, mahasiswa Informatika wajib memiliki kemampuan adaptasi yang cepat, bahkan lebih cepat daripada perubahan kurikulum itu sendiri.
Di UNM, kami telah mendorong hal ini melalui program unggulan Internship Experience Program (IEP) 3+1. Program ini mengintegrasikan tiga tahun pembelajaran akademik dengan satu tahun pengalaman praktik di industri. Artinya, mahasiswa tidak hanya belajar apa itu teknologi, tetapi juga bagaimana teknologi bekerja di dunia nyata.
Inilah bentuk konkret pendidikan tinggi yang relevan yakni akademik yang kuat, industri yang nyata, dan pengalaman yang berimbang.
Sebagai Kaprodi Informatika, saya memandang bahwa perguruan tinggi punya tanggung jawab moral untuk menyiapkan generasi yang bukan hanya siap bekerja, tetapi juga siap berkarya. Talenta digital tidak boleh berhenti sebagai pengguna teknologi, mereka harus menjadi pencipta, inovator, bahkan problem solver bagi masyarakat.
Baca juga: Era Digital, Program Studi Informatika UNM Mantap dengan Status UNGGUL
Universitas Nusa Mandiri sebagai Kampus Digital Bisnis akan terus menghadirkan program-program yang memperkuat koneksi antara ruang akademik dan industri. Visi kami jelas: menyiapkan mahasiswa Informatika sebagai talenta teknologi unggul yang mampu bersaing di level nasional maupun global.
Jika dunia industri terus berlari, maka kampus juga harus berlari, bahkan lebih cepat. Dan di UNM, kami memilih untuk memimpin, bukan mengejar.
Penulis: Arfhan Prasetyo, Kaprodi Informatika, Universitas Nusa Mandiri












