NusamandiriNews, Jakarta–Pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Metode konvensional yang selama ini digunakan, yakni inspeksi visual dan perhitungan empiris, terbukti memakan waktu lama dan rentan kesalahan. Namun, sebuah inovasi dari mahasiswa Program Studi Sains Data Universitas Nusa Mandiri (UNM) sebagai Kampus Digital Bisnis menawarkan solusi cerdas: pemanfaatan sains data berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk pengelolaan limbah radioaktif yang lebih aman dan efisien.
Ihsan Aulia Rahman, mahasiswa peneliti, dari prodi Sains Data UNM, mengembangkan dua model prediksi dalam penelitiannya yang dibimbing oleh Raden Sumarbagiono dan Zico Pratama Putra, peneliti BRIN.
Baca juga: Dosen Prodi Sains Data UNM Raih Tiga Hibah Rp250 Juta, Dorong Mutu Akademik Unggul
AI Pecahkan Masalah Limbah Radioaktif
Penelitian ini memanfaatkan data dari database Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif (IPLR), menggabungkan 1.339 catatan operasional riil dengan 9.994 data sintetis untuk menciptakan dataset yang lebih komprehensif.
“Sains data memiliki peran penting dalam mengolah dan memahami data dalam jumlah besar. Dengan dukungan metode dan berbagai alat analisis, data dapat diproses lebih cepat dan menghasilkan wawasan yang lebih mendalam dan terperinci,” jelas Ihsan.
Ihsan menciptakan Reuse Identification Classification Model untuk mengelompokkan potensi penggunaan kembali sumber radioaktif dan Long-Term Utilization Regression Model untuk memprediksi kegunaan jangka panjang berdasarkan data aktivitas radionuklida.
Hasilnya mengesankan. Algoritma k-Nearest Neighbors (kNN) mencatat akurasi 92% dengan nilai AUC-ROC 0,987. Sementara itu, model Ridge Regression dan Random Forest unggul dalam estimasi jangka panjang dengan nilai Mean Squared Error mendekati nol.
Baca juga: Keunggulan Lulusan Prodi Sains Data di Era Cloud Computing
“Sistem ini mampu memprediksi dinamika perubahan kategori sumber radioaktif seiring waktu. Sebagai contoh, Sumber Cobalt-60 dengan aktivitas awal 10.000 Curie diperkirakan dalam 20 tahun akan menurun menjadi sekitar 720 Curie, sehingga penggunaannya bisa dialihkan dari radioterapi ke aplikasi industri yang lebih aman,” katanya dalam rilis yang diterima, pada Kamis (11/9).
Ia menegaskan bahwa temuan ini memberikan manfaat nyata bagi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan keberlanjutan dan keselamatan penanganan limbah radioaktif di Indonesia.
“Penelitian ini menunjukkan potensi besar sains data dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang kompleks dan memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan berkelanjutan,” tutupnya.