NusamandiriNews, Jakarta–Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) terus mendorong ekosistem akademik yang terbuka, kolaboratif, dan berorientasi pada masa depan. Salah satu gagasan penting dalam mewujudkan hal ini adalah dukungan terhadap sistem publikasi open access (akses terbuka), yang saya yakini menjadi masa depan diseminasi ilmu pengetahuan di era digital.
Kita hidup di zaman ketika akses terhadap informasi ilmiah seharusnya menjadi hak, bukan lagi kemewahan. Namun realitasnya, banyak jurnal ilmiah berkualitas hanya dapat diakses melalui langganan mahal. Bagi dosen, mahasiswa, peneliti independen hingga masyarakat umum, ini tentu menjadi penghalang dalam mengembangkan gagasan dan memperkaya pengetahuan. Di sinilah open access menjadi solusi yang menjanjikan.
Baca juga: Cari Referensi? Langsung Gas ke Perpustakaan Digital Kampus UNM
UNM Perkuat Literasi Open Access di Era Digital
Berbeda dari publikasi tradisional yang tertutup di balik paywall, sistem open access memungkinkan siapa saja membaca, mengunduh, dan membagikan artikel ilmiah tanpa biaya. Konsep ini hadir dalam beberapa model, seperti gold open access (akses terbuka penuh namun dikenakan biaya oleh penulis), green open access (melalui repositori institusi), dan hybrid open access (opsi terbuka di jurnal berbayar). Ketiganya membuka peluang demokratisasi ilmu pengetahuan.
Sebagai pustakawan, saya melihat langsung bagaimana artikel yang terbuka lebih banyak dibaca, diunduh, dan dikutip. Ini jelas berdampak pada visibilitas penelitian dan memperluas kolaborasi ilmiah, terutama lintas negara dan institusi. Bahkan bagi mahasiswa kampus kecil dan peneliti dari daerah, akses terbuka menjadi jembatan emas untuk tetap mengikuti perkembangan ilmu tanpa dibatasi anggaran.
Namun, kita juga perlu jeli terhadap tantangan. Biaya publikasi (article processing charge/APC) bisa memberatkan penulis dari institusi dengan dana terbatas. Selain itu, munculnya jurnal predator—yang mengabaikan etika publikasi dan hanya mengejar keuntungan—mengancam kredibilitas ilmu itu sendiri. Edukasi dan pendampingan sangat dibutuhkan agar sivitas akademika dapat mengenali dan menghindari jebakan ini.
Baca juga: Perpustakaan UNM Siap Tampil di Ajang Promosi Perpustakaan Perguruan Tinggi se-DKI Jakarta
Sebagai bagian dari Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri, saya percaya bahwa kami memegang peran penting dalam mendukung budaya open access. Kami dapat menyediakan repositori institusi, menyelenggarakan pelatihan publikasi bereputasi, mendorong penggunaan lisensi Creative Commons, hingga mendampingi proses penerbitan melalui platform seperti Open Journal Systems (OJS), DOI, dan Turnitin.
Di era keterbukaan dan disrupsi digital, open access bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Jika kita ingin mewujudkan pemerataan ilmu, inovasi kolaboratif, dan kemajuan riset yang inklusif, maka akses terbuka adalah fondasi yang tidak bisa ditawar. Mari kita kawal bersama budaya literasi ilmiah yang inklusif, mulai dari ruang baca kampus, hingga platform digital dunia.
Penulis: Sausan Elsya Pratiwi – Pustakawan Universitas Nusa Mandiri