NusamandiriNews, Bogor – Bayangkan kalau sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) bisa membantu dokter mengenali kanker kulit hanya dengan menganalisis foto. Inilah gagasan besar yang sedang dikembangkan tim peneliti Universitas Nusa Mandiri (UNM) melalui riset berjudul DeepSkin yang berlangsung Asyana Hotel Sentul Bogor, Sabtu (30/8).
Dalam forum Focus Group Discussion (FGD) Hibah Penelitian, Nurul Khasanah, salah satu anggota tim peneliti, berbagi cerita soal bagaimana AI bisa menjadi “mata tambahan” bagi tenaga medis.
Baca juga: Universitas Nusa Mandiri Tegaskan Komitmen Riset Kesehatan Digital Lewat FGD DeepSkin
Menurut Nurul, kanker kulit di Indonesia masih menjadi penyakit berbahaya dengan tingkat kematian tinggi, bahkan mencapai 95%* menurut data WHO. Masalahnya, deteksi dini biasanya harus melalui biopsi, yang mahal, butuh waktu, dan tidak nyaman bagi pasien.
“Lewat DeepSkin, kami ingin menunjukkan bahwa AI bisa jadi solusi pendukung. Dengan analisis citra digital, deteksi bisa lebih cepat, akurat, dan non-invasif,” ungkap Nurul, Sabtu (30/8).
Untuk melatih AI ini, tim peneliti mengumpulkan 13 ribu lebih foto kanker kulit dari dua sumber besar, yaitu ISIC dan Kaggle. Foto-foto itu kemudian diproses, dibersihkan, distandarisasi, lalu diuji dengan berbagai algoritma deep learning populer, mulai dari ResNet, Inception, hingga DenseNet.
Hasilnya? DenseNet169 jadi bintang utama. Setelah dimodifikasi, model ini mampu mengenali perbedaan antara kanker kulit jinak (benign) dan ganas (malignant) dengan akurasi mencapai 92,9%.
Tak berhenti di situ, penelitian ini juga sudah menghasilkan luaran konkret, seperti artikel ilmiah yang sedang dalam proses review di jurnal internasional bereputasi, website AI-powered medical system di https://www.deepskincancer.com, dan poster ilmiah hingga pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Nurul menekankan bahwa penelitian ini masih terus berkembang, tapi arah tujuannya jelas, yaitu membantu dunia medis punya alat diagnosis awal yang lebih praktis dan terjangkau.
“Kami ingin DeepSkin benar-benar bermanfaat, bukan hanya untuk akademisi, tapi juga untuk masyarakat luas,” tutupnya.