NusamandiriNews, Bogor – Suasana Focus Group Discussion (FGD) Hibah Penelitian Universitas Nusa Mandiri (UNM) semakin hangat ketika sesi talkshow dan tanya jawab dibuka. Dipandu oleh Taopik Hidayat sebagai moderator, sesi ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Nurul Khasanah selaku perwakilan tim peneliti dosen UNM dan dr. Faradibha Zalika Fatah selaku praktisi dokter, Health Advocate, sekaligus Brand Ambassador Otsuka.
Dalam diskusi ini, peserta tidak hanya antusias mendengarkan, tetapi juga aktif mengajukan pertanyaan seputar penyakit kulit dan deteksi kanker kulit dengan bantuan teknologi.
Baca juga: DeepSkin: Ketika AI Ikut Membantu Dokter Mendeteksi Kanker Kulit
Beberapa peserta menanyakan tentang jenis penyakit kulit yang rentan berkembang menjadi kanker, serta bagaimana masyarakat bisa membedakan gejala awal yang berbahaya.
Menjawab hal ini, dr. Faradibha kembali menekankan pentingnya deteksi dini dengan prinsip ABCDE (Asymmetry, Border, Color, Diameter, Evolving) dan kebiasaan menjaga kesehatan kulit sehari-hari.
Sementara itu, Nurul Khasanah memperkenalkan website DeepSkin http://www.deepskincancer.com yang dikembangkan sebagai salah satu luaran penelitian. Website ini memuat informasi dasar terkait kanker kulit sekaligus menjadi platform awal pengenalan sistem berbasis AI untuk membantu identifikasi lesi kulit jinak dan ganas.
“Website ini masih tahap awal, tapi kami rancang sebagai sistem informasi sekaligus wadah edukasi bagi masyarakat. Ke depan, potensinya bisa dikembangkan lebih jauh,”* jelas Nurul.
Diskusi menjadi semakin menarik ketika beberapa peserta memberikan masukan agar sistem DeepSkin tidak hanya berhenti di website, tetapi juga dikembangkan menjadi aplikasi Android agar lebih mudah diakses. Bahkan ada yang menyarankan untuk menambahkan fitur chatbot berbasis AI serta komunikasi langsung dengan dokter spesialis kanker kulit.
“Masukan ini sangat berharga bagi kami. Memang tujuan penelitian ini tidak hanya menghasilkan model AI, tapi juga menyiapkan langkah menuju implementasi nyata di masyarakat. Pengembangan aplikasi mobile dan fitur interaktif tentu akan kami pertimbangkan dalam tahap riset selanjutnya,” ujarnya.
dr. Faradibha menambahkan, pengembangan aplikasi semacam ini bisa menjadi terobosan besar, asalkan tetap memperhatikan validasi medis dan etika kesehatan.
“Teknologi seperti DeepSkin dapat menjadi ‘asisten digital’ bagi dokter maupun masyarakat. Namun tetap harus ada pengawasan medis agar hasil analisis benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, jelasnya.
Taopik Hidayat menutup sesi talkshow dengan menekankan bahwa diskusi interaktif ini membuktikan pentingnya kolaborasi antara dunia akademik, medis, dan masyarakat.
Baca juga: Universitas Nusa Mandiri Tegaskan Komitmen Riset Kesehatan Digital Lewat FGD DeepSkin
“Ide-ide dari peserta menjadi bahan refleksi sekaligus arah baru dalam pengembangan DeepSkin agar lebih aplikatif dan bermanfaat luas,” pungkas Taopik.
FGD Hibah Penelitian UNM ini pun tak hanya menjadi forum akademik, melainkan juga ruang kolaborasi untuk merancang masa depan deteksi dini kanker kulit yang lebih cepat, mudah, dan inklusif bagi masyarakat.(ACH)