NusamandiriNews, Jakarta–Di tengah dunia yang serba digital, kemampuan membaca dan menulis saja tak lagi cukup. Kini, kita juga dituntut untuk melek digital, memahami bagaimana informasi tersebar, memverifikasinya, dan menggunakannya secara bijak. Itulah mengapa literasi digital tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Ia telah menjadi kekuatan tak terlihat yang menentukan bagaimana seseorang bertahan, berkembang, bahkan unggul di era teknologi ini.
Sebagai pustakawan di Universitas Nusa Mandiri (UNM) yang terkenal berbasis Kampus Digital Bisnis, saya menyaksikan langsung bagaimana transformasi digital mengubah wajah pendidikan tinggi. Perpustakaan bukan lagi sekadar rak buku dan ruang baca. Hari ini, kami menjadi pusat literasi digital: mengedukasi mahasiswa agar tidak hanya cakap mengakses informasi, tetapi juga mampu mengevaluasi, mencipta, dan menyebarkan pengetahuan secara etis.
Baca juga: Pancasila dan Perpustakaan: Menjaga Jati Diri Bangsa di Tengah Arus Globalisasi
Literasi Digital: Kekuatan yang Tak Terlihat
Literasi digital modern tak sesederhana bisa mengoperasikan gadget. Ia mencakup keterampilan berpikir kritis, kemampuan membaca situasi digital, memahami etika dunia maya, hingga menciptakan konten yang membangun. Dalam dunia di mana siapa pun bisa menjadi penyebar informasi, literasi digital adalah tameng sekaligus pedang.
Mengapa ini penting? Karena literasi digital adalah bentuk kekuatan. Ia membentengi kita dari penipuan daring, berita palsu, pencurian data, dan manipulasi informasi. Ia membantu kita membaca realitas digital dengan jernih. Kita jadi tahu betapa berbahayanya membagikan sandi sembarangan, atau betapa pentingnya berpikir dua kali sebelum membagikan informasi yang belum jelas kebenarannya.
Lebih jauh lagi, literasi digital memperluas peluang. Dengan menguasainya, mahasiswa bisa menonjol di dunia kerja yang makin kompetitif. Mereka dapat memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan karya, membuat konten yang viral secara positif, hingga membangun identitas digital yang profesional.
Di UNM, mahasiswa sejak awal diperkenalkan dengan berbagai platform digital dan diajak untuk aktif—bukan sekadar menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen pengetahuan. Literasi digital tidak hanya diajarkan, tetapi dibiasakan. Melalui kelas, pelatihan, bahkan aktivitas organisasi kemahasiswaan, mereka dibentuk menjadi pribadi yang cakap digital.
Baca juga: Cari Referensi? Langsung Gas ke Perpustakaan Digital Kampus UNM
Saya percaya, literasi digital adalah kebutuhan dasar baru. Seperti membaca dan menulis di masa lalu, kemampuan ini menjadi fondasi bagi generasi masa kini untuk menjalani kehidupan yang produktif, aman, dan bertanggung jawab di dunia digital.
Mari jadikan literasi digital sebagai bagian dari budaya kita. Bukan sekadar keterampilan teknis, tapi sebagai jalan untuk menjadi manusia yang lebih sadar, lebih bijak, dan lebih kuat di tengah gelombang arus informasi yang tak terbendung.
Karena di era ini, siapa yang menguasai literasi digital, dialah yang punya kuasa.
Penulis: Ricky Sediawan – Pustakawan Universitas Nusa Mandiri