NusamandiriNews, Bekasi – Ada kalanya dunia kampus terasa seperti gelembung sabun, indah, berkilau, tapi rapuh dan melayang terlalu jauh dari tanah tempat masyarakat berpijak. Untungnya, di tengah gempuran tugas, skripsi, dan drama akademik yang tak ada habisnya, masih ada dosen dan mahasiswa yang memilih menjejakkan kakinya kembali ke bumi. Salah satunya datang dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Nusa Mandiri (UNM), yang belakangan bikin gebrakan lewat program “Mahasiswa Berdampak”.
Baca juga: Dosen Prodi Sains Data UNM Raih Tiga Hibah Rp250 Juta, Dorong Mutu Akademik Unggul
Program yang berasal dari Hibah dari Kemdiktisaintek ini bukan sekadar kegiatan bakti sosial yang selesai dengan foto bersama dan caption manis di Instagram. Ini adalah upaya nyata untuk menyambungkan dua dunia yaitu kampus dan masyarakat agar saling menghidupi. Lewat kolaborasi UNM dengan Karang Taruna dan PKK Anyelir RW 12, Jatiwaringin, Bekasi pada Senin (20/9) mereka turun tangan langsung membangun ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan, bahkan ikut mendorong konsep smart city di tingkat komunitas.
Di bawah spanduk sederhana bertuliskan “Mahasiswa Berdampak: Kolaborasi untuk Kemandirian Masyarakat”, dosen dan mahasiswa UNM duduk berbaur dengan ibu-ibu PKK dan pemuda Karang Taruna. Mereka tidak bicara teori ekonomi yang penuh jargon, tapi hal-hal praktis seperti cara memasarkan produk UMKM lewat platform digital, bikin konten promosi yang menarik, hingga mengelola keuangan usaha kecil secara lebih cermat.
Ketua Hibah PM-BEM 2025 dari UNM, Siti Masturoh, dengan semangat yang menular, mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas generasi ini, “Program Mahasiswa Berdampak itu bukan tentang mahasiswa yang datang membantu masyarakat, tapi tentang mahasiswa yang belajar bersama masyarakat. Kami ingin menjembatani dunia akademik dengan kehidupan nyata, supaya ilmu di kampus nggak berhenti di kertas, tapi benar-benar hidup di lapangan,” ujarnya.
Lewat kegiatan ini, mahasiswa UNM tak hanya belajar soal leadership dan entrepreneurship, tapi juga belajar tentang empati, komunikasi, dan kesabaran. Hal-hal yang jarang diajarkan di kelas, tapi selalu dibutuhkan di dunia nyata.
Sementara bagi warga, terutama pelaku UMKM dan ibu-ibu PKK, kolaborasi ini jadi napas baru untuk melihat bahwa digitalisasi bukan sesuatu yang menakutkan, tapi justru peluang yang bisa digarap bareng-bareng.
“Kami berharap program ini bisa terus berkembang dan jadi inspirasi bagi kampus lain,” tambah Siti dengan mata berbinar.
Baca juga: UNM Siap Gelar Monev Hibah 2025, Pastikan Riset & Pengabdian Berdampak Nyata
Karena sejatinya, yang membuat mahasiswa benar-benar berdampak bukanlah seberapa canggih presentasinya, tapi seberapa jauh mereka berani menurunkan teori ke tanah, tempat kehidupan sehari-hari berlangsung.
Gerakan ini mengingatkan kita bahwa masa depan tidak dibangun di ruang rapat atau aula kampus megah, tapi di jalan-jalan sempit kampung, tempat ide-ide kecil bertemu dengan kenyataan. Dan mungkin, kalau semua mahasiswa mau turun sedikit saja dari menara gadingnya, negeri ini nggak cuma punya sarjana, tapi juga punya manusia yang benar-benar berdampak.(ACH)