Ketika mendengar istilah literasi digital, sebagian orang mungkin masih menganggapnya hanya sebagai keterampilan teknis menggunakan perangkat komputer atau aplikasi populer. Namun dari kacamata saya sebagai Pustakawan di Universitas Nusa Mandiri (UNM), literasi digital adalah sesuatu yang jauh lebih luas, mendalam, dan sangat penting dalam membentuk karakter dan kompetensi generasi muda hari ini.
Di era serba digital seperti sekarang, literasi digital mencakup kemampuan mengevaluasi informasi secara kritis, memahami struktur media digital, dan membangun interaksi yang etis serta bertanggung jawab di ruang maya. Ini bukan sekadar soal bisa mengakses internet atau mengirim email, tetapi tentang bagaimana kita bisa menjadi warga digital yang cerdas dan bijak.
Baca juga: Masa Depan Digital Dimulai di Sini: KIP Kuliah dan Program IEP 3+1 Siapkan Talenta SI Unggulan
Literasi Digital Jadi Bekal Penting Generasi Masa Kini
Saya sering melihat mahasiswa yang begitu mahir menggunakan teknologi, tetapi belum tentu mampu memilah mana informasi yang kredibel dan mana yang menyesatkan. Literasi digital mengajarkan mereka untuk tidak hanya melek teknologi, tetapi juga melek informasi, melek etika, dan melek tanggung jawab dalam menggunakan media digital.
Universitas Nusa Mandiri, yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, secara aktif membangun budaya literasi digital di kalangan sivitas akademika. Perpustakaan digital di UNM bukan hanya menjadi tempat mencari referensi, tetapi juga ruang belajar literasi digital. Kami membekali mahasiswa agar tidak mudah termakan hoaks, agar bisa bersikap kritis terhadap konten, serta memahami risiko dan etika di balik setiap klik dan unggahan.
Lebih jauh, literasi digital juga saya pandang sebagai jembatan menuju kesiapan karier. Dunia kerja saat ini menuntut kemampuan digital yang tidak hanya teknis, tetapi juga strategis. Oleh karena itu, Universitas Nusa Mandiri menghadirkan program unggulan Internship Experience Program (IEP) atau skema 3+1, di mana mahasiswa kuliah selama tiga tahun dan langsung menjalani satu tahun magang profesional di perusahaan ternama, baik nasional maupun multinasional. Dalam proses ini, mahasiswa ditantang untuk menerapkan langsung literasi digital mereka dalam dunia kerja nyata.
Bagi saya, melek digital bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Mahasiswa harus mampu memanfaatkan teknologi untuk belajar, berinovasi, berkolaborasi, dan berkontribusi. Di sisi lain, mereka juga perlu memahami bahwa ruang digital punya batas-batas etis dan tanggung jawab yang tidak kalah pentingnya.
Mari kita dorong generasi muda untuk tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi pelaku perubahan di era digital. Literasi digital adalah bekal utama untuk melangkah maju bukan hanya untuk sukses secara akademik, tetapi juga untuk menjadi manusia merdeka yang mampu berpikir kritis, bertindak bijak, dan tetap relevan dalam zaman yang terus berubah.
Penulis: Ricky Sediawan, Pustakawan Universitas Nusa Mandiri