Di era digital seperti sekarang, perpustakaan tidak lagi terbatas pada ruang fisik, rak buku, dan katalog manual. E-library telah menjadi wajah baru literasi akademik. Namun, di balik kemudahan akses itu, terdapat teknologi mutakhir yang bekerja diam-diam untuk menghadirkan pengalaman pengguna yang semakin personal dan adaptif. Salah satu teknologi yang memegang peran penting dalam revolusi ini adalah Artificial Intelligence (AI).
Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) tidak hanya menyediakan akses teknologi, tetapi juga mendorong pemanfaatannya secara strategis di seluruh unit akademik, termasuk perpustakaan. AI diimplementasikan dalam sistem e-library kami bukan hanya sebagai alat bantu, melainkan sebagai penggerak utama dalam memahami perilaku pengguna secara mendalam dan berkelanjutan.
Baca juga: Literasi Digital Jadi Prioritas, Perpustakaan UNM Dukung Mahasiswa Hadapi Era Informasi Tanpa Batas
Kolaborasi Cerdas untuk Literasi Digital di Kampus Masa Kini
AI secara otomatis memantau dan mengumpulkan data interaksi pengguna, seperti frekuensi akses, jenis bahan bacaan yang digunakan (buku, jurnal, atau multimedia), hingga topik yang paling sering dicari. Data-data ini kemudian diproses untuk menyusun rekomendasi bacaan yang relevan, menyesuaikan koleksi dengan kebutuhan aktual pengguna, dan menyusun strategi kurasi konten yang lebih inklusif dan responsif. Sistem pun dapat mengidentifikasi tren bacaan akademik terkini, misalnya meningkatnya minat terhadap teknologi finansial, kesehatan mental, atau transformasi digital dalam bisnis.
Hal yang menarik, teknologi AI juga memungkinkan perpustakaan digital memberikan sentuhan personalisasi. Mahasiswa yang sering membaca jurnal ilmiah akan mendapat rekomendasi literatur lanjutan di bidang yang sama. Pengguna multimedia akan disuguhkan video pembelajaran atau podcast edukatif. Bahkan, AI dapat memperhitungkan waktu akses dan perangkat yang digunakan, agar tampilan antarmuka tetap optimal dan nyaman diakses dari laptop, tablet, atau ponsel.
Kami di UNM percaya bahwa literasi digital bukan hanya soal mengakses informasi, tapi juga bagaimana mahasiswa mampu memilih, menganalisis, dan mengembangkan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pustakawan kini tidak lagi hanya menjadi penjaga koleksi, tetapi juga mitra literasi yang berkolaborasi dengan teknologi.
Baca juga: Melek Digital Itu Wajib! Literasi Digital Jadi Bekal Penting Generasi Masa Kini
Kekuatan AI juga membuka peluang baru bagi mahasiswa yang sedang menjalani Internship Experience Program (IEP), program unggulan Universitas Nusa Mandiri dengan skema 3+1, yaitu tiga tahun kuliah akademik dan satu tahun magang profesional di perusahaan nasional maupun multinasional. Melalui program ini, mahasiswa Informatika, Sistem Informasi, dan bahkan Manajemen dapat berperan langsung dalam proyek pengembangan sistem informasi, analisis data pengguna, hingga optimalisasi UX/UI di sektor informasi digital.
Di masa depan, saya percaya bahwa perpustakaan digital tidak hanya akan menjadi tempat “membaca daring,” tetapi juga laboratorium data untuk merancang sistem pembelajaran yang adaptif, akurat, dan inklusif. Dan di tengah revolusi digital ini, peran pustakawan, mahasiswa, dan AI akan saling menguatkan membentuk ekosistem literasi kampus yang cerdas dan berkelanjutan.
Penulis: Suagam, Pustakawan Universitas Nusa Mandiri