Di era digital yang serba cepat ini, data pribadi telah menjadi “emas” baru yang nilainya tak ternilai. Sayangnya, emas ini sering kali berada di tangan yang salah. Foto wajah, identitas diri, hingga informasi sensitif lainnya bisa dengan mudah disalahgunakan jika tidak dilindungi dengan baik. Sebagai dosen di Program Studi Bisnis Digital Universitas Nusa Mandiri (UNM), yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, saya merasa tantangan ini tak bisa dibiarkan berlalu begitu saja.
Itulah yang mendorong saya untuk melakukan penelitian bersama rekan-rekan dosen dari beberapa kampus. Fokus kami sederhana namun krusial: bagaimana menciptakan teknologi yang benar-benar mampu melindungi data pribadi dari kebocoran dan penyalahgunaan. Dari proses ini lahirlah sebuah metode inovatif yang menggabungkan dua teknik canggih, visual cryptography dan steganografi, untuk membangun lapisan perlindungan ganda yang sulit ditembus.
Dosen UNM Ungkap Teknologi Rahasia Anti Bocor di Era Digital
Visual cryptography membagi gambar asli menjadi beberapa potongan acak (shares) yang tak bermakna jika berdiri sendiri. Hanya ketika potongan yang tepat digabungkan, gambar asli bisa muncul kembali. Lalu, salah satu share ini kami sembunyikan ke dalam gambar lain menggunakan metode steganografi Random LSB, teknik yang menyisipkan data pada bit paling kecil dalam gambar, sehingga perubahannya hampir tak terlihat oleh mata manusia.
Hasil pengujian pada 10 sampel gambar menunjukkan angka Peak Signal-to-Noise Ratio (PSNR) di atas 70 dB, yang berarti kualitas gambar tetap sangat tinggi, dengan Mean Squared Error (MSE) di bawah 0,01. Pesan tersembunyi bisa tetap diidentifikasi dengan jelas meski kualitas visual sedikit menurun ketika gambar dikembalikan.
Bagi saya, inovasi ini bukan sekadar eksperimen teknis, tetapi wujud komitmen nyata dari UNM untuk menghasilkan solusi teknologi yang berdampak luas. Bayangkan jika metode ini digunakan di sektor perbankan, layanan kesehatan, atau pemerintahan—kebocoran data sensitif dapat ditekan secara signifikan.
Sebagai Kampus Digital Bisnis, UNM tak hanya fokus pada teori, tapi juga mendorong mahasiswa terjun langsung dalam praktik dunia kerja melalui Program Unggulan Internship Experience Program (IEP) 3+1. Dengan skema ini, mahasiswa menjalani tiga tahun perkuliahan di kampus, lalu menghabiskan satu tahun penuh magang profesional di perusahaan nasional maupun multinasional. Inilah jembatan yang menghubungkan inovasi akademik dengan kebutuhan industri secara nyata.
Baca juga: Generasi Z Siap Meroket! Gabung Prodi Bisnis Digital UNM dengan Program IEP 3+1
Saya percaya, masa depan keamanan data bergantung pada kombinasi teknologi canggih, etika digital, dan keterampilan praktis yang dibentuk sejak di bangku kuliah. Dan melalui riset, kolaborasi, dan program pendidikan seperti IEP 3+1, Universitas Nusa Mandiri siap melahirkan generasi yang tak hanya cerdas secara digital, tetapi juga bertanggung jawab menjaga integritas informasi.
Penulis: Luky Fabrianto, Dosen Prodi Bisnis Digital Universitas Nusa Mandiri