NusamandiriNews–Ilmu pengetahuan sejatinya diciptakan untuk menolong kehidupan manusia. Namun, di tengah derasnya arus industri dan percepatan teknologi, ilmu sering kali kehilangan ruh kemanusiaannya. Banyak sarjana yang terjebak dalam rutinitas profesional tanpa lagi memandang realitas sosial di sekitarnya. Inilah paradoks modern yang kian nyata: semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin rendah pula rasa empatinya terhadap sesama.
Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) hadir untuk mengembalikan arah pendidikan agar berpihak pada kemanusiaan. Di tengah revolusi digital yang menuntut kecepatan dan efisiensi, UNM menegaskan bahwa ilmu pengetahuan harus tetap berpijak pada nilai moral dan tanggung jawab sosial.
Baca juga:Ilmu Tanpa Makna, Sarjana Tanpa Arah
Ilmu Tanpa Empati
Menjadi sarjana bukan sekadar menyandang gelar akademik, melainkan menjadi bagian dari nurani bangsa. Seorang sarjana bertanggung jawab bukan hanya pada dirinya, tetapi juga pada kehidupan sosial yang lebih luas. Ketika pendidikan kehilangan dimensi empati, maka ilmu berubah menjadi dingin dan kering, kehilangan makna moralnya.
Dalam Program Studi Informatika S1 Universitas Nusa Mandiri, mahasiswa tidak hanya dibekali kemampuan teknis untuk menguasai teknologi, tetapi juga ditanamkan kesadaran akan dampak sosial dari setiap inovasi digital yang mereka hasilkan. Di sinilah nilai kemanusiaan menjadi bagian penting dari kurikulum. Mahasiswa didorong untuk melihat teknologi sebagai sarana untuk memecahkan masalah masyarakat, bukan sekadar alat pencetak keuntungan ekonomi.
Perguruan tinggi seharusnya tidak hanya berfokus pada capaian akademik dan keterampilan teknis. Ia perlu menanamkan nilai-nilai humanistik di setiap proses pembelajarannya. Di UNM, pendekatan pendidikan yang berbasis teknologi dan kemanusiaan dijalankan agar mahasiswa Informatika mampu berpikir kontekstual, kritis, dan empatik terhadap realitas sosial. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, riset sosial digital, hingga kolaborasi bersama komunitas, UNM berusaha menghidupkan kembali makna sejati dari ilmu pengetahuan.
Baca juga:Jangan Hanya Jadi Penonton di Era AI
Sarjana masa kini perlu mengembalikan ilmu ke tujuan mulianya: menjadi sarana untuk menolong sesama dan menumbuhkan kemanusiaan. Dengan menggabungkan kecerdasan teknologi dan empati sosial, mereka dapat menjadi agen perubahan yang bermartabat generasi yang tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga bijak secara moral.
Indonesia tidak akan maju hanya karena banyaknya gelar, tetapi karena hadirnya sarjana berjiwa kemanusiaan. Dari Kampus Digital Bisnis Universitas Nusa Mandiri, lahirlah generasi Informatika yang menjadikan ilmu sebagai cahaya menerangi bangsa dan menuntun arah kemajuan dengan nurani.
Penulis: Arfhan Prasetyo, Kaprodi Informatika Universitas Nusa Mandiri (UNM)