NusamandiriNews–Kebiasaan menggulir layar ponsel sebelum tidur kini menjadi “ritual malam” yang nyaris tidak bisa ditinggalkan, terutama oleh generasi muda. Kita berdalih hanya ingin “cek notifikasi sebentar”, padahal tanpa sadar telah mengorbankan jam tidur, kesehatan mental, hingga produktivitas. Ironisnya, kebiasaan ini dianggap wajar bahkan menjadi bagian dari gaya hidup digital yang modern dan kekinian.
Padahal, sejumlah penelitian ilmiah sudah lama memperingatkan kita. Studi Harvard Medical School (2019) menunjukkan bahwa paparan cahaya biru dari layar smartphone dapat menekan produksi melatonin hingga 50 persen. Akibatnya, kualitas tidur menurun drastis, dan tubuh kehilangan ritme alami untuk beristirahat. Riset lain dari University of California, San Francisco (2021) bahkan menegaskan bahwa penggunaan ponsel sebelum tidur berkorelasi dengan meningkatnya tingkat stres dan kecemasan, terutama di kalangan remaja.
Baca juga: Cuan di TikTok Shop: Panduan Mahasiswa Gen Z Sukses Jualan Online
Scroll Sebelum Tidur
Kita hidup di era di mana teknologi menjanjikan kemudahan, namun di saat yang sama menuntut kita untuk lebih bijak dalam menggunakannya. Di sinilah pentingnya memahami dampak teknologi secara ilmiah. Bukan sekadar tahu bahayanya, tapi juga mampu meneliti, mengolah data, dan menemukan solusi berbasis sains dan teknologi.
Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) berkomitmen melahirkan generasi yang tidak hanya konsumtif terhadap teknologi, tetapi juga produktif dan kritis terhadap dampaknya. Melalui Program Pascasarjana Magister Ilmu Komputer, UNM Kampus Margonda memberikan bekal riset dan analisis berbasis data agar mahasiswa mampu memahami fenomena sosial, kesehatan, hingga perilaku digital manusia dengan pendekatan ilmiah.
Kami ingin mahasiswa tidak sekadar mempelajari teori, tetapi juga turun langsung meneliti realitas modern. Misalnya, fenomena paparan cahaya biru dan gangguan tidur bisa dianalisis menggunakan machine learning untuk memprediksi tingkat risiko seseorang terhadap insomnia. Dengan begitu, teknologi tidak lagi menjadi ancaman, melainkan alat untuk menyelesaikan masalah nyata.
Selain itu, UNM juga memiliki program unggulan Internship Experience Program (IEP) 3 + 1, yang memungkinkan mahasiswa belajar di kampus selama tiga tahun dan magang profesional selama satu tahun penuh di industri. Program ini dirancang agar mahasiswa tidak hanya mahir secara akademik, tetapi juga siap menghadapi dunia kerja digital yang menuntut adaptasi cepat dan kolaborasi lintas bidang.
Baca juga: Viral Bikin Kaya, Tapi Paham Bisnis yang Bikin Bertahan
Riset, magang, dan inovasi adalah tiga pilar utama yang ingin kami kuatkan di UNM. Karena di era digital seperti sekarang, pemenang bukanlah mereka yang paling sibuk dengan layar, melainkan yang paling paham cara membaca datanya.
Jadi, sebelum jari kembali menggulir layar malam ini, ingatlah satu hal bahwa tidur cukup jauh lebih berharga daripada likes yang tak pernah cukup.
Penulis: Andry Maulana, Kepala Kampus Universitas Nusa Mandiri Kampus Margonda