NusamandiriNews, Jakarta–Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)—momen reflektif untuk menegaskan kembali komitmen terhadap pendidikan sebagai jalan menuju peradaban yang unggul dan berkelanjutan. Mengusung tema “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar,” peringatan tahun ini menjadi panggilan bagi seluruh elemen pendidikan untuk terus bertransformasi, berinovasi, dan berkolaborasi.
Dalam konteks ini, perpustakaan kampus bukan sekadar ruang penyimpanan buku. Ia adalah pusat literasi, sumber informasi, sekaligus tulang punggung ekosistem akademik yang sehat. Di Universitas Nusa Mandiri (UNM) yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, kami memaknai perpustakaan sebagai ruang terbuka untuk berpikir, bereksplorasi, dan tumbuh. Perannya menjadi semakin krusial di era digital, di mana arus informasi sangat deras namun tidak selalu valid, netral, atau bermanfaat.
Baca juga: Peran Perpustakaan dalam Pengembangan Sistem Penulisan dan Penyebaran Pengetahuan
Perpustakaan Sebagai Jantung Literasi
Sebagai Kepala Perpustakaan UNM, saya melihat bahwa tantangan terbesar saat ini bukan hanya menyediakan akses ke informasi, tetapi memastikan mahasiswa dan dosen memiliki literasi informasi yang kuat—yakni kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan etis. Di sinilah peran perpustakaan modern menjadi sangat signifikan.
Kami di Perpustakaan UNM terus berinovasi, tidak hanya dalam memperkaya koleksi cetak dan digital, tetapi juga dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Ruang baca yang nyaman, akses ke jurnal ilmiah internasional, layanan referensi daring, hingga bimbingan literasi informasi, menjadi bagian dari layanan kami untuk mendukung kegiatan akademik dan riset sivitas kampus.
Di tengah semangat Merdeka Belajar, perpustakaan berperan penting dalam memfasilitasi kemandirian belajar. Seperti yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, pendidikan yang ideal adalah yang membebaskan, yang menumbuhkan daya pikir dan rasa ingin tahu, bukan sekadar mengisi kepala dengan hafalan. Maka, perpustakaan hadir sebagai tempat di mana mahasiswa dapat menemukan gagasan, membangun argumen, dan mengembangkan kemampuan analisis yang akan menjadi bekal penting dalam menghadapi tantangan dunia nyata.
Baca juga: Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri Dukung Perempuan Berkarya Lewat Literasi Digital
Lebih dari itu, perpustakaan juga berperan sebagai penghubung antara pengetahuan masa lalu dan masa depan. Di satu sisi, kami merawat literatur klasik dan sumber-sumber otoritatif sebagai warisan ilmu. Di sisi lain, kami membuka akses ke teknologi pembelajaran terkini, termasuk e-journal, e-book, dan sistem manajemen referensi berbasis AI. Kolaborasi dengan fakultas dan program studi pun terus diperkuat untuk memastikan koleksi dan layanan kami selalu relevan dan mendukung kurikulum.
Peringatan Hardiknas menjadi pengingat bahwa pendidikan bukan tanggung jawab satu pihak saja, tetapi hasil kerja bersama: pengajar, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan tentu saja—perpustakaan. Mari kita terus bergerak bersama, melanjutkan semangat Merdeka Belajar, dan menjadikan perpustakaan sebagai ruang hidup yang memerdekakan pikiran, memperkaya wawasan, dan menginspirasi perubahan.
Karena di sinilah jantung pendidikan berdetak—hening namun vital, tenang namun menghidupkan seluruh tubuh akademik kampus.
Penulis: Sofia Nurani, Kepala Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri