NusamandiriNews, Jakarta – Tren digitalisasi kini mulai merambah dunia olahraga bela diri di Indonesia, termasuk Taekwondo. Menyadari kebutuhan pelatihan berbasis data dan teknologi, Universitas Nusa Mandiri (UNM) sebagai Kampus Digital Bisnis, melalui tim dosen dan mahasiswanya, menggandeng Taekwondo Valentino Club dalam mengembangkan sistem digital berbasis analitik untuk mendukung pembinaan atlet muda.
Ketua Umum Taekwondo Valentino Club, Willem Yanes, mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi sangat membantu pelatih dalam menganalisis teknik secara akurat.
Baca juga: Digitalisasi Taekwondo: Bukti UNM Siap Cetak Juara Lewat Teknologi dan Program IEP 3+1
UNM Gandeng Klub Taekwondo Bangun Sistem Latihan Digital
“Dulu kami mengandalkan pengamatan mata pelatih, sekarang dengan video analisis, kami bisa mengevaluasi kecepatan, akurasi, bahkan kelemahan gerakan atlet secara detail. Ini menjadi terobosan besar dalam meningkatkan performa,” tuturnya.
Menurut Willem, generasi atlet muda saat ini juga cenderung lebih tertarik dengan pembelajaran interaktif dan berbasis digital. Oleh karena itu, kolaborasi dengan UNM menjadi langkah strategis agar klub mampu bersaing di level nasional hingga internasional.
Kolaborasi ini diwujudkan dalam pengembangan sistem digital oleh tim UNM yang diketuai Taopik Hidayat, dosen Fakultas Teknologi Informasi. Sistem tersebut mencakup fitur video analisis, monitoring kondisi fisik, pencatatan hasil latihan, hingga komunikasi daring antara pelatih dan atlet.
“Kami mendesain sistem yang tidak hanya efisien, tetapi juga akurat dan transparan. Data perkembangan atlet akan tersimpan terpusat dan bisa diakses secara real time oleh pelatih,” jelas Taopik dalam keterangan rilis yang diterima, pada Jumat (18/7).
Ia juga menambahkan bahwa sistem digital ini sangat mendukung proses pelatihan berbasis personalisasi.
“Setiap atlet punya ritme dan kebutuhan berbeda. Melalui data digital, pelatih bisa menyusun program latihan yang disesuaikan, sehingga hasilnya lebih optimal dan terukur,” tambahnya.
Inisiatif ini juga sejalan dengan Internship Experience Program (IEP) UNM, yang dikenal dengan skema 3+1, mahasiswa kuliah selama tiga tahun dan menjalani satu tahun magang profesional di perusahaan atau organisasi mitra, baik nasional maupun multinasional. Melalui proyek kolaborasi seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tapi juga menerapkan pengetahuan di lapangan secara langsung.
Ia menyatakan bahwa UNM selalu membuka ruang kolaborasi praktis yang berdampak. “Digitalisasi olahraga seperti ini memberi pengalaman langsung kepada mahasiswa. Ini sejalan dengan misi Kampus Digital Bisnis yang tidak hanya mencetak lulusan akademis, tapi juga profesional dan inovatif,” ujarnya.
Dengan semangat transformasi digital, Universitas Nusa Mandiri menegaskan peran aktifnya dalam pengembangan teknologi berbasis masyarakat. Kolaborasi antara dunia akademik dan komunitas olahraga ini diharapkan menjadi model pembinaan atlet yang modern dan siap membawa Indonesia unggul di kancah global.