NusamandiriNews, Jakarta–Dalam era ketika kecerdasan buatan (AI) mulai menjadi “otak kedua” dalam pengambilan keputusan mulai dari layanan kesehatan, keuangan, hingga sistem peradilan pertanyaan tentang nilai-nilai etika dalam AI semakin mendesak untuk dibahas. Apakah sistem algoritma dapat memahami dan mempertimbangkan moralitas? Ataukah AI hanya akan memperkuat bias dan melanggengkan ketidakadilan jika tidak diarahkan dengan bijak?
Universitas Nusa Mandiri (UNM) sebagai Kampus Digital Bisnis menempatkan isu etika kecerdasan buatan sebagai bagian integral dari kurikulum dan ruang diskusi di Program Studi Informatika S1 Fakultas Teknologi Informasi (FTI). Inisiatif ini menjadi bukti bahwa UNM tak hanya membekali mahasiswanya dengan kecakapan teknis, tetapi juga kesadaran kritis terhadap dampak sosial dari teknologi.
Baca juga: Big Data Jadi Andalan Mahasiswa Prodi Informatika UNM untuk Uji Kepakaran Digital
Mahasiswa Prodi Informatika Didorong Jadi Inovator yang Bijak Teknologi
Arfhan Prasetyo, Kaprodi Informatika S1 UNM, menegaskan bahwa pengembangan teknologi tidak boleh kehilangan arah etik.
“Etika dalam AI bukan tambahan, tapi bagian dari desain. Mahasiswa harus dibekali kepekaan terhadap konsekuensi sosial dari algoritma yang mereka bangun. Efisiensi memang penting, tapi keadilan dan kemanusiaan tak boleh dikorbankan,” tuturnya dalam rilis yang diterima, pada Selasa (5/8).
Dalam proses pembelajaran, mahasiswa diajak mengeksplorasi bagaimana AI bekerja di balik layar, serta bagaimana keputusan yang dihasilkan dari algoritma bisa berdampak pada kehidupan nyata. Mereka juga membahas dilema etika yang muncul seperti bias data, privasi pengguna, hingga diskriminasi otomatis melalui studi kasus global dan lokal.
Lebih dari itu, pendekatan ini sejalan dengan program unggulan Internship Experience Program (IEP) atau skema 3+1 yang diusung oleh Universitas Nusa Mandiri. Dalam program ini, mahasiswa menjalani tiga tahun perkuliahan di kampus dan satu tahun magang profesional di perusahaan nasional maupun multinasional. Dengan pengalaman langsung di industri, mahasiswa Informatika UNM diharapkan mampu melihat secara nyata bagaimana prinsip etika harus diterapkan dalam pengembangan teknologi canggih.
“UNM percaya bahwa generasi inovator masa depan tidak cukup hanya cerdas teknologi, tapi juga bijak dalam membangun dan mengendalikan teknologi. Dengan menempatkan etika sebagai bagian dari pondasi AI, UNM mempersiapkan lulusannya menjadi profesional yang tidak hanya handal, tetapi juga berintegritas dan bertanggung jawab di era digital yang semakin kompleks,” tutupnya.