NusamandiriNews, Jakarta — Perubahan gaya hidup masyarakat di era digital telah menggeser pola membaca, terutama di kalangan generasi muda. Data dari berbagai survei literasi menunjukkan penurunan minat baca yang cukup mengkhawatirkan. Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting: sudah saatnya kah perpustakaan melakukan reposisi fungsi?
Bagi perguruan tinggi, termasuk Universitas Nusa Mandiri (UNM) yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, perpustakaan bukan sekadar gudang buku, melainkan pusat pembelajaran dan pengembangan literasi. Dalam menghadapi tantangan menurunnya minat baca, perpustakaan dituntut bertransformasi menjadi ruang interaktif yang memadukan teknologi, kreativitas, dan kolaborasi.
Baca juga: Perpustakaan UNM: Benteng Literasi Kritis di Era Banjir Informasi
UNM Dorong Transformasi Menuju Pusat Literasi Modern
Transformasi tersebut meliputi pergeseran dari sekadar penyedia koleksi cetak menjadi penyedia akses digital, ruang diskusi, pusat literasi informasi, hingga inkubator literasi digital. Program-program inovatif seperti kelas literasi digital, klub baca interaktif, konten multimedia edukatif, hingga pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk rekomendasi bacaan, menjadi bagian dari strategi reposisi fungsi ini.
Pustakawan UNM, Sofia Nurani menegaskan bahwa perpustakaan di era modern harus adaptif terhadap kebutuhan pengguna.
“Kami ingin perpustakaan menjadi ruang yang hidup, bukan hanya tempat meminjam buku. Dengan integrasi teknologi dan pendekatan kreatif, perpustakaan bisa menjadi pusat inspirasi dan inovasi bagi mahasiswa,” ujarnya dalam keterangan rilis yang diterima, pada Kamis (14/8).
Sementara itu, Rektor Universitas Nusa Mandiri, Prof Dwiza Riana, menyatakan bahwa transformasi perpustakaan adalah langkah strategis untuk membangun budaya literasi yang relevan dengan perkembangan zaman.
“Perpustakaan harus hadir sebagai mitra belajar yang relevan. Dengan menggabungkan teknologi, literasi, dan ruang kreatif, perpustakaan dapat kembali menjadi magnet bagi mahasiswa dan masyarakat luas,” ungkapnya.
Baca juga:Mendorong Akses Pembiayaan UMKM Lewat Literasi Keuangan dan Kolaborasi Strategis
Ia juga menegaskan bahwa UNM juga memperkuat kualitas pembelajaran melalui Internship Experience Program (IEP) 3+1, yang memberi kesempatan mahasiswa untuk belajar di kampus selama tiga tahun dan menghabiskan satu tahun terakhir di industri. Program ini memungkinkan mahasiswa mengasah keterampilan praktis sekaligus membangun jaringan profesional sebelum lulus.
“Dengan reposisi fungsi yang tepat, perpustakaan kampus diharapkan tetap menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, meski lanskap literasi terus berubah mengikuti perkembangan teknologi dan budaya digital,” tutupnya.