NusamandiriNews, Depok – Universitas Nusa Mandiri (UNM) menghadirkan akademisi internasional, Prof. Christophoros Nikou dari University of Ioannina, Greece, sebagai narasumber Studium Generale bertema VISION (Valuing Innovation, Sustainability, and Integrity in Ongoing Knowledge) yang berlangsung di aula UNM kampus Margonda, Sabtu (13/9).
Dalam paparannya, Prof. Nikou membahas tren terbaru dalam kecerdasan buatan (AI), khususnya tentang diffusion models yang kini menjadi tulang punggung inovasi ilmiah di berbagai bidang.
Baca juga: Universitas Nusa Mandiri Gelar Studium Generale Bertema VISION, Hadirkan Profesor Internasional
Menurut Prof. Nikou, perkembangan AI generatif telah berevolusi dari Generative Adversarial Networks (GANs) dan Variational Autoencoders (VAEs) menuju diffusion models. Model ini dinilai lebih stabil, skalabel, dan mampu menghasilkan data berkualitas tinggi.
“Jika GANs sering menghadapi masalah mode collapse dan VAEs menghasilkan gambar buram, diffusion models justru mampu menghadirkan hasil yang tajam, beragam, dan stabil,” jelasnya, Sabtu (13/9).
Ia menekankan bahwa diffusion models tidak hanya berdampak pada industri kreatif seperti pembuatan gambar atau desain, tetapi juga memiliki aplikasi nyata dalam penemuan obat, sains material, rekayasa biologi, kesehatan, hingga simulasi iklim. Beberapa studi mutakhir bahkan menunjukkan bagaimana diffusion models dapat merancang protein baru, mempercepat pencitraan medis MRI/CT, hingga membantu perancangan komponen semikonduktor dan baterai.
Meski demikian, Prof. Nikou juga mengingatkan adanya tantangan besar yang perlu diantisipasi, mulai dari kebutuhan komputasi yang sangat besar, kecepatan proses sampling yang lambat, hingga persoalan etika dan validitas ilmiah.
“Kita harus berhati-hati agar AI tidak hanya menghasilkan sesuatu yang terlihat masuk akal, tetapi juga terbukti secara ilmiah,” tegasnya.
Baca juga: Wawasan Global di UNM! Studium Generale VISION Akan Hadirkan Profesor dari Yunani
Ke depan, Prof. Nikou memproyeksikan AI akan semakin berperan sebagai kolaborasi riset. Dengan integrasi multimodal, AI berpotensi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga partner dalam merancang eksperimen, menganalisis data, hingga menemukan pengetahuan baru secara otomatis.
“Visi masa depan AI bukan sekadar sebagai alat, tetapi sebagai mitra riset yang mampu mendorong inovasi berkelanjutan di berbagai disiplin ilmu,” pungkasnya.(ACH)