Kasus tragis seorang remaja di Amerika Serikat bernama Raine, yang dikabarkan bunuh diri setelah curhat melalui layanan ChatGPT, menjadi tamparan keras bagi dunia. Peristiwa ini menunjukkan betapa rapuhnya generasi muda jika berhadapan dengan teknologi tanpa pemahaman, pendampingan, dan literasi digital yang memadai.
Fenomena ini menegaskan bahwa teknologi adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, kecerdasan buatan (AI) mampu membantu pekerjaan, pendidikan, hingga kreativitas. Namun di sisi lain, ketika digunakan tanpa kontrol dan pemahaman, teknologi justru dapat memperparah persoalan emosional dan mental. Kasus Raine menjadi bukti nyata bahwa AI, secanggih apa pun, tidak bisa menggantikan sentuhan kemanusiaan.
Baca juga: Data Visualisasi: Rahasia Sukses Bisnis di Era Digital
Pendidikan Jadi Benteng Generasi Muda
Generasi muda di Indonesia harus belajar dari tragedi ini. Hidup di era digital bukan hanya tentang mahir menggunakan gawai atau aktif di media sosial, tetapi juga tentang kemampuan memahami risiko, etika, dan dampak teknologi terhadap kehidupan. Tanpa bekal pendidikan yang kuat, generasi muda bisa terjebak dalam pusaran digital yang menggerus kesehatan mental dan masa depan mereka.
Di sinilah peran pendidikan tinggi menjadi sangat penting. Universitas Nusa Mandiri (UNM) sebagai Kampus Digital Bisnis hadir dengan komitmen menyiapkan generasi muda agar tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pencipta dan pengendali teknologi. Melalui program studi unggulan seperti Informatika, Sistem Informasi, Bisnis Digital, dan Sains Data, mahasiswa diarahkan untuk adaptif sekaligus kritis dalam menghadapi perkembangan teknologi.
Selain itu, UNM juga menghadirkan Internship Experience Program (IEP) 3+1, sebuah program unggulan yang memberi kesempatan mahasiswa untuk belajar di kampus selama tiga tahun dan magang profesional selama satu tahun penuh di industri. Program ini dirancang agar mahasiswa memiliki pengalaman nyata, keterampilan kerja yang relevan, serta mental yang lebih siap menghadapi tantangan dunia digital.
Baca juga: Kecil Tapi Hebat: Strategi Bisnis Mahasiswa di Era Digital
Saya meyakini, pendidikan yang terstruktur adalah benteng utama generasi muda. Kasus Raine mengingatkan kita bahwa teknologi tidak bisa sepenuhnya menjadi teman bicara atau solusi utama masalah hidup. Anak muda harus punya pondasi ilmu, mental yang sehat, serta pemahaman mendalam tentang perkembangan teknologi. Pendidikan tinggi menjadi benteng sekaligus bekal untuk menghadapi era digital.
Tragedi Raine memang menyedihkan, namun bisa menjadi momentum refleksi. Generasi muda harus disadarkan bahwa teknologi hanyalah alat, bukan pengendali hidup. Manusialah yang harus memegang kendali. Dan di titik inilah, pendidikan menjadi kunci agar generasi kita mampu bertahan, berkembang, dan berdaya saing tinggi di era transformasi digital.
Penulis: Andry Maulana, Kepala Kampus Universitas Nusa Mandiri (UNM) kampus Margonda