NusamandiriNews–Hasil riset terbaru dari Cisco membuka mata kita semua: hanya 23 persen perusahaan di Indonesia yang benar-benar siap menghadapi era kecerdasan buatan (AI). Angka ini menunjukkan betapa lebar jurang kesiapan digital di negeri ini. Kelompok kecil yang disebut Pacesetters dinilai telah memiliki fondasi teknologi dan sistem keamanan yang kuat. Namun, sebagian besar perusahaan lainnya masih tertinggal baik dari sisi infrastruktur digital, keamanan siber, maupun kesiapan sumber daya manusianya.
Lebih lanjut, laporan tersebut menyebutkan bahwa 97 persen perusahaan di Indonesia berencana mengimplementasikan agen AI dalam 12 bulan ke depan. Meski terdengar optimistis, faktanya banyak dari mereka belum benar-benar siap. Cisco menilai, tanpa peningkatan fondasi digital dan keamanan siber, perusahaan hanya akan “bermain di permukaan” berinvestasi besar dalam AI, tapi gagal memetik nilai bisnis yang sesungguhnya.
Baca juga: Ketika AI Gagal Menggantikan Empati
Penonton di Era AI
Bagi saya, kondisi ini adalah alarm bagi dunia pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Di tengah percepatan adopsi AI, Indonesia membutuhkan talenta digital yang tidak hanya melek teknologi, tetapi mampu berpikir sistematis dan analitis. Di sinilah peran perguruan tinggi menjadi krusial membekali generasi muda dengan kemampuan untuk mendesain, mengelola, dan mengamankan sistem informasi yang menjadi tulang punggung transformasi digital.
Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) hadir menjawab tantangan tersebut melalui Program Studi Sistem Informasi. Program ini kami rancang bukan hanya untuk mengajarkan teori sistem, tetapi juga menanamkan keterampilan praktis yang langsung relevan dengan dunia industri. Mahasiswa diajak memahami bagaimana data bergerak, bagaimana sistem berinteraksi, dan bagaimana keamanan siber menjadi fondasi bagi keberlanjutan bisnis di era AI.
Seperti yang sering saya sampaikan kepada mahasiswa, “Era AI bukan hanya tentang teknologi pintar, tetapi tentang manusia yang mampu menggunakannya secara cerdas dan bertanggung jawab.”
Di Prodi Sistem Informasi UNM, kami menekankan tiga kompetensi utama: kemampuan berpikir sistematis, kecakapan analitis terhadap data, dan kepekaan etis terhadap penggunaan teknologi. Kurikulum kami terus diperbarui agar selaras dengan kebutuhan industri digital yang dinamis mulai dari penerapan sistem berbasis cloud, keamanan data, hingga integrasi AI dalam manajemen bisnis.
Selain aspek akademik, Universitas Nusa Mandiri kampus Margonda juga terus memperluas akses pendidikan berkualitas melalui Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) tahun akademik 2025/2026. Kami memberikan berbagai kemudahan, termasuk biaya kuliah yang bisa dicicil mulai dari Rp680 ribu per bulan dan bebas SSP (Sumbangan Sarana dan Prasarana).
Pendaftaran pun mudah, dapat dilakukan secara daring melalui pmb.nusamandiri.ac.id atau lewat aplikasi MyNusa PMB di Playstore.
Baca juga: Mahasiswa Melek Digital, Indonesia Siap Bersaing di Panggung Global
Kesiapan industri terhadap AI masih rendah, tetapi peluangnya sangat besar. Generasi muda tidak boleh sekadar menjadi penonton dalam revolusi digital ini. Sudah saatnya mereka mengambil peran nyata menjadi pionir sistem informasi yang membangun fondasi teknologi bangsa.
Melalui pembelajaran di Kampus Digital Bisnis Universitas Nusa Mandiri, saya percaya mahasiswa dapat tumbuh sebagai talenta digital yang tangguh, etis, dan siap menavigasi masa depan Indonesia di tengah gelombang besar kecerdasan buatan.
Penulis: Andry Maulana, Kepala Kampus Universitas Nusa Mandiri kampus Margonda