NusamandiriNews, Jakarta — Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh setiap 20 Mei menjadi momen penting untuk mengenang semangat persatuan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Sejak lahirnya organisasi Budi Utomo pada tahun 1908, semangat kebangkitan itu terus menyala, menginspirasi gerakan intelektual hingga generasi muda masa kini.
Di tengah dinamika perkembangan zaman, perpustakaan hadir sebagai salah satu pilar penting dalam membangun kebangkitan nasional, terutama di sektor pendidikan dan literasi. Tidak lagi sekadar dikenal sebagai tempat menyimpan buku, perpustakaan kini berkembang menjadi pusat informasi dan literasi yang menjangkau semua kalangan, sekaligus sebagai fondasi dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, kritis, dan berdaya saing tinggi.
Baca juga: Perkuat Layanan Referensi, Perpustakaan UNM Ikuti Pelatihan untuk Pustakawan di Seluruh Kampus
Perpustakaan Jadi Pilar Kebangkitan Nasional
Peran strategis perpustakaan semakin menonjol dalam menyebarkan wawasan kebangsaan dan memperkuat karakter nasionalisme. Melalui koleksi buku, arsip sejarah, jurnal ilmiah, hingga program-program literasi, perpustakaan menjadi ruang edukasi yang hidup. Di sanalah generasi muda diajak untuk memahami sejarah perjuangan bangsa, menumbuhkan rasa cinta tanah air, serta membangun mental intelektual yang siap mengisi kemerdekaan dengan karya dan prestasi.
Menurut Sausan Elsya Pratiwi, pustakawan Universitas Nusa Mandiri (UNM), perpustakaan modern tidak hanya bertugas sebagai penyedia informasi, tetapi juga sebagai penggerak literasi nasional yang menyatu dengan perkembangan teknologi.
“Kami di Universitas Nusa Mandiri terus berupaya membangun perpustakaan yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Digitalisasi koleksi, penyediaan e-book, jurnal daring, dan layanan literasi berbasis teknologi menjadi bagian dari transformasi kami dalam mendukung semangat kebangkitan nasional di era digital,” ujarnya dalam keterangan tertulis, pada Rabu (21/5).
Universitas Nusa Mandiri, yang dikenal sebagai Kampus Digital Bisnis, menjadikan perpustakaan sebagai bagian integral dari ekosistem akademik. Literasi digital tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga untuk membentuk pola pikir analitis dan kreatif, khususnya bagi mahasiswa yang sedang menyiapkan diri menghadapi tantangan dunia kerja berbasis teknologi dan bisnis.
Baca juga: Perpustakaan Sebagai Jantung Literasi dan Perubahan di Era Merdeka Belajar
“Sejalan dengan slogan “Kuliah Beres, Bisnis Sukses,” kampus ini mendorong mahasiswa agar tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki keterampilan praktis, termasuk dalam mengakses, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara cerdas. Dalam konteks itu, perpustakaan menjadi kunci untuk mencetak lulusan yang mampu bersaing secara global,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa perpustakaan kini bukan lagi tempat yang sunyi dan terpencil dari kehidupan kampus, melainkan jantung dari proses belajar modern. Ia hadir sebagai ruang kolaborasi, pusat literasi digital, dan penguat semangat nasionalisme yang terus hidup di kalangan generasi muda Indonesia.
“Semangat kebangkitan nasional tidak hanya diperingati lewat seremonial, tetapi diwujudkan dalam komitmen memperkuat akses terhadap ilmu pengetahuan — salah satunya melalui perpustakaan,” tutupnya.