NusamandiriNews–Fenomena TikTok kini bukan sekadar ruang hiburan, melainkan telah menjadi panggung ekonomi baru bagi generasi muda. Di era digital ini, kreativitas tak hanya dihargai dengan apresiasi, tetapi juga bernilai ekonomi yang nyata.
Kita bisa melihat bagaimana Charli D’Amelio dan Khaby Lame mengubah media sosial menjadi sumber penghasilan luar biasa. Charli dikabarkan berpenghasilan lebih dari Rp280 miliar per tahun, sementara Khaby meraup sekitar Rp200 miliar berkat kolaborasinya dengan brand global seperti Hugo Boss dan Binance.
Baca juga: Mencetak Talenta Digital Unggul di Era Disrupsi Teknologi
Viral Bikin Kaya
Fenomena serupa juga terjadi di Indonesia. Nama-nama seperti Sisca Kohl, Fadil Jaidi, dan Ria Ricis telah membuktikan bahwa menjadi content creator bukan sekadar hobi, tetapi profesi yang menjanjikan. Mereka membangun citra, menjalin kerja sama dengan berbagai merek, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Namun, kesuksesan itu tidak hadir semata karena keberuntungan atau popularitas. Di balik video berdurasi singkat yang viral, terdapat strategi komunikasi, riset audiens, analisis data, serta manajemen bisnis yang matang. Kreativitas tanpa pemahaman bisnis hanya akan membuat seseorang viral sesaat, bukan bertahan lama.
Di sinilah peran pendidikan tinggi menjadi sangat penting. Sebagai Kampus Digital Bisnis, Universitas Nusa Mandiri (UNM) berkomitmen menyiapkan mahasiswa untuk memahami dan mengelola peluang digital dengan tepat. Melalui Program Studi Bisnis Digital, mahasiswa tidak hanya diajarkan teori pemasaran dan teknologi, tetapi juga dilatih bagaimana membangun personal branding, menganalisis tren media sosial, hingga mengelola strategi kolaborasi dengan brand secara profesional.
Lebih jauh, UNM memiliki program unggulan Internship Experience Program (IEP) 3 + 1. Dalam program ini, mahasiswa menjalani tiga tahun perkuliahan di kampus dan satu tahun magang di dunia industri. Skema ini dirancang agar mahasiswa memperoleh pengalaman kerja nyata sebelum lulus, sekaligus memperluas jejaring profesional di dunia bisnis digital.
Pendekatan ini menjadikan mahasiswa UNM tidak hanya pengguna media sosial, tetapi juga pencipta peluang di dalamnya. Mereka tidak sekadar memahami cara membuat konten menarik, melainkan juga bagaimana mengubah interaksi digital menjadi strategi bisnis yang berkelanjutan.
Baca juga: Ketika AI Gagal Menggantikan Empati
Kini, Universitas Nusa Mandiri Kampus Margonda membuka Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Tahun 2026 untuk Program Studi Bisnis Digital. Melalui sistem pembayaran kuliah yang fleksibel, fasilitas modern, serta bimbingan dosen profesional, UNM memberikan ruang bagi generasi muda untuk menyiapkan masa depan sebagai pelaku ekonomi digital yang tangguh.
Saya percaya, di era ini, kesuksesan tidak hanya milik mereka yang kreatif, tetapi juga milik mereka yang paham bagaimana mengelola kreativitas menjadi nilai ekonomi. Melalui pendidikan digital yang terarah dan pengalaman industri yang kuat, kita bisa melahirkan generasi digitalpreneur yang tak hanya viral, tapi juga berdaya dan berpengaruh.
Penulis: Andry Maulana, Kepala Kampus Universitas Nusa Mandiri Kampus Margonda